Untuk satu-satunya cinta dalam hidupku
>> Senin, 02 Maret 2009
Perasaan jenuh selalu ada dalam kamus otakku. Aku adalah seorang santri yang berjuang selama 4 tahun dalam lingkup penjaranya dunia.
Punya banyak teman, melahap buku perpustakaan, dan mendapatkan pengalaman mungkin saja mampu membuat aku bertahan hidup. Namun, kesepian sepanjang malam masih merisaukanku.
Rasa risau ini adalah cinta yang telah tersimpan sangat lama, cinta yang tak terungkap.
Tak seorang pun tahu kalau selama ini aku telah menjadi seorang pasien rumah sakit jiwa (RSJ).
Dia (bidadariku) yang telah membuat malam-malamku gelisah.
“ Aku lemah karena paru-paruku basah digenangi air mata rindu”.
Berhari-hari terperangkap dalam bingkai kaca serawut wajah yang sama. Tak dapat lagi ku pikirkan hal-hal lain.
Setiap melihat cermin yang terpantul hanya wajahnya…..
Selama hampir 3 tahun aku tak pernah lagi berjumpa dengannya, dengan bidadariku
Tapi perasaanku padanya tak akan pernah pudar.
Dia adalah sosok yang dapat menimbulkan perasaan sayang sedemikian kuat bagi orang-orang yang secara emosional terhubung dengannya.
Ia cantik,pintar,dan baik.
Kini dirimu semakin berarti ketika kamu sudah jauh dariku dan aku pun merasa getir.
Kepergianmu meninggalkan sebuah ruangan kosong, rongga hampa yang luas,dan duka lara yang tiada terperikan.
Dadaku sesak karena rindu dan demi menyadari bahwa rindu itu tak akan terobati aku rasanya ingin meledak.
Aku merasa sedih dan tak sanggup menerima kenyataan bahwa aku telah menjadi laki-laki pengecut yang hanya mampu meredam perasaan tanpa berani mengungkapkannya.
Kini aku sendiri..
Sendiri di dunia yang tak peduli. Jiwaku lumpuh karena menanggung beban perasaan yang begitu besar atau dalam bahasa puisi ”Aku mengharu biru tatkala kerinduan melayap,mencekam dermaga jiwa” atau ”Batinku nelangsa berdarah-darah tiada daya manakala kerinduan itu mencabik-cabik diriku.
Puisi
Disini!
Disaksikan deburan ombak yang menghantam batu karang.
Disaksikan desiran angin laut yang menusuk tulang
Ku katakan padamu!
Rampas jiwaku!
Curi masa depanku!
Jarah harga diriku!
Rampok semua milikku!
Sita!
Sita semuanya!
Mengapa kau masih tak mau mencintaiku?!